.jpg)
Gambar : Mobil Nasrudin
RANI Juliani, mantan caddy golf yang juga mahasiswa STMIK Raharja, mendadak jadi ngetop setelah dikaitkan dengan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Perempuan berusia 22 tahun itu kini menjadi "bintang" pemberitaan semua media di Tanah Air. Siapa sebenarnya Rani, berikut liputannya.
Sejumlah mahasiswa STMIK Raharja, Tangerang, berdecak kagum seusai melihat sosok model yang ada di kalender duduk STMIK Raharja 2009. “Kalo cakep kayak gitu sih gue juga mau,” seloroh seorang mahasiswa sembari menyeruput minuman dingin yang ada di depannya.
Dalam kalender itu Rani mengenakan baju wisuda STMIK Raharja. Sambil memegang toga yang menjadi kebesaran wisudawati, Rani berlagak layaknya mahasiswa yang telah menyelesaikan studi di bangku kuliah.
Selain Rani, sejumlah mahasiswa STMIK Raharja yang berparas cantik juga menghiasi kalender tersebut. Begitu pula tim olahraga kebanggaan STMIK Raharja. Di sebelah foto Rani tertulis pepatah mantan CEO General Motors, Roger Smith, untuk para mahasiswa.
Pepatah itu berbunyi, You don’t just stumble into the future, You create your own future (Kamu tidak tiba-tiba berada di masa depan, kamu harus menciptakan masa depanmu sendiri).
Anehnya, Devi Almas, staf humas STMIK Raharja, membantah Rani menjadi model kalender sekolah tinggi tersebut. Menurutnya, dulu Rani memang diusulkan untuk menjadi model kalender, tetapi kemudian batal.
Ditanya alasan pembatalan, Devi mengalihkan pembicaraan. “Yang soal kalender enggak usah dibahas,” katanya. Devi juga enggan memberikan keterangan soal Rani yang hingga kemarin masih tercatat sebagai mahasiswi STMIK Raharja.
Devi hanya memberikan selembar biodata Rani. Berdasarkan biodata itu, Rani tercatat sebagai mahasiswi STMIK Raharja pada 7 Agustus 2008. Dia menempuh pendidikan jenjang diploma tiga (D-3) Jurusan Manajemen Informatika dengan konsentrasi Sistem Informasi Manajemen.
Perempuan kelahiran Tangerang, 1 Juli 1986, itu juga tercatat belum menikah. Rani pernah tidak ikut dalam ujian tengah semester pada awal perkuliahannya. “Kami enggak tahu apa sebabnya. Sebenarnya, soal akademik itu sifatnya pribadi. Saya enggak berani ngasih tahu,” tutur seorang staf STMIK Raharja.
Anak Pejabat
Sejumlah mahasiswa STMIK Raharja yang ditemui mengaku tidak mengenal Rani. Yonda, mahasiswa STMIK Raharja angkatan 2005, mengaku tak mengenal Rani. Dia hanya mendengar nama itu setelah Rani jadi perbincangan di kampus.
“Waktu ospek, angkatan saya yang pegang angkatan 2007, tapi saya tidak kenal. Cuma dengar-dengar orangnya cantik,” kata Yonda di warung di depan Kampus STMIK Raharja.
Di kampus, Rani dikenal sebagai anak seorang pejabat karena selalu dijemput mobil sedan Mercedes Benz seusai kuliah. Mobil itu dikendarai seorang pria berbadan tegap, berpakaian safari hitam. “Ya kayak pengawal pejabat-pejabat itu,” ungkap pemilik warung di depan Kampus STMIK Raharja.
Perempuan paruh baya itu menambahkan, Rani kerap nongkrong di warung itu setelah beraktifitas di warung internet belakang warung. Rani juga diketahui punya banyak teman. “Sekarang rambutnya enggak sepanjang ini,” tutur perempuan yang dipanggil Mami itu ketika diperlihatkan foto Rani di kalender duduk STMIK Raharja.
Waktu menjadi model kalender, Rani memiliki rambut panjang melewati bahu. “Terakhir rambutnya sebatas bahu dan sudah dicat agak pirang. Pokoknya anak-anak kampus tahunya dia anak pejabat,” katanya. Bagaimana dengan aktivitasnya di Padang Golf Modernland, Tangerang? Herman Halim, General Manager Eksternal Modernland, menyebut, perempuan itu menghilang sejak peristiwa penembakan Nasrudin.
“Rani bukan karyawan Moderland. Ia hanya berstatus freelance. Kami menggunakan jasa pihak ketiga untuk penyediaan caddy atau pemandu golf. Begitu juga saat dia menjadi marketing, juga tidak berstatus sebagai karyawan,” kata Herman.
Ia menambahkan, perusahaannya memiliki aturan cukup ketat dalam mengatur karyawan. Jika ada caddy yang diketahui menjalin hubungan di luar tugasnya sebagai pemandu golf, langsung diberi teguran keras. Begitu pula petugas marketing.
Herman mengaku mengenal Nasrudin. Keduanya cukup dekat karena sama-sama berasal dari Sulawesi. Pria berdarah Bugis campur Sunda itu mengatakan, Nasrudin disebut sejumlah pegawai Padang Golf Modernland sebagai sosok temperamen.
Kepada mereka, Nasrudin kerap melontarkan kata-kata kasar. “Seminggu sebelum kejadian (ditembak), almarhum pernah saya nasihati. Sudah lah, kamu jangan kayak gitu. Ingat-ingat sama anak dan istri,” tutur Herman. (Persda Network/didit ismunadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar